Attention

Jika anda membutuhkan literatur, tesis, makalah dan jasa/bantuan konsultasi yang berkaitan dengan skripsi, tesis maupun disertasi yang berkaitan dengan ilmu lingkungan, perikanan, kesehatan lingkungan, hukum lingkungan, modeling lingkungan, remote sensing dan GIS. Dapat berkonsultasi lewat blog ini atau dapat langsung menghubungi nomor HP. 085278381332/rama.imhere@gmail.com /elsyaif13@gmail.com. EL_SYAIF.CO Juga menyediakan pembuatan dan setting untuk model suvenir, plakat, baju kerja, baju olah raga, almamater, jaket , bordiran dll. grosir maupun eceran dengan harga terjangkau.

Trik Mempercepat FireFox


Secara umum Firefox sendiri sudah memiliki kinerja yang melampaui IE, tetapi dengan sedikit sentuhan dan pengaturan yang tepat Anda bisa membuatnya 2x lebih cepat lagi hanya dalam waktu 5 menit saja. Ikutilah trik-trik di bawah ini.

1. Aktifkan Pipelining

Biasanya browser bekerja dengan mengirimkan permintaan kepada server dan menunggu respon sebelum melanjutkan proses. Pipelining adalah sebuah teknik lebih agresif yang memungkinkan browser untuk mengirimkan

beberapa permintaan sekaligus sebelum menerima respon apapun untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengunduh isi halaman. Untuk mengaktifkan fungsi ini ketik “about:config” pada kotak alamat, klik-ganda pada “network.http.pipelining” dan “network.http.proxy.pipelining” agar nilainya berubah menjadi “true” kemudian klik-ganda pada “network.http.pipelining.maxrequest” dan jadikan nilainya “8″.
Perlu diingat bahwa beberapa server tidak melayani pipelining. Jadi, ada kemungkinan kalau pengaturan ini justru memperburuk kinerja. Atur kembali semuanya seperti pengaturan awal jika memang terjadi masalah.

2. Render dengan Cepat

Situs yang besar dan rumit bisa memakan waktu untuk diunduh. Firefox tidak ingin membuat Anda menunggu, jadi dengan pengaturan standar Firefox akan langsung menampilkan apa yang ia terima setiap 0,12 detik. Walaupun hal ini membuat browser terkesan lebih cepat, rendering ulang yang dilakukan terus menerus meningkatkan waktu total yang dibutuhkan untuk menampilkan halaman, kita dapat mengurangi jumlah rendering ulang untuk meningkatkan kinerja.
Ketik “about:config” dan tekan [ENTER], kemudian klik kanan pada tampilan utama dan kemudian pilih “New > Integer”. Ketik “content.notify.interval” sebagai nama preferensi Anda, klik “ok”, masukkan “500000″ (500 ribu) dan klik “ok” kembali.
Klik kanan lagi pada tampilandan pilih “New > Boolean”. Kali ini buat nilai disebut “content.notify.ontimer” dan atur menjadi “True” untuk menyelesaikan tugas Anda.

3. Loading Lebih Cepat

Jika Anda tidak menggerakkan tetikus atau menyentuh keyboard selama 0,75 detik, Firefox akan masuk ke dalam mode “low frequency interrupt” yang artinya interface-nya menjadi kurang responsif tetapi bisa me-load halaman lebih cepat.
Ketik “about:config” dan tekan [ENTER], klik kanan pada tampilan dan pilih “New > Integer”. Ketik “content.switch.threshold”, klik “ok”, masukkan “250000″ (seperempat detik) dan klik “ok” untuk menyelesaikan.

4. Tidak Ada Interupsi

Anda bisa melakukan langkah lebih jauh dengan memberitahu Firefox untuk sama sekali mengabaikan user interface events sampai halaman selesai diunduh. Memang cara ini agak ekstrim karena Firefox bisa menjadi tidak responsif selama beberapa waktu, tetapi tidak ada salahnya untuk dicoba apakah efeknya positif untuk Anda.
Ketik “about:config”, tekan [ENTER] dan klik kanan, pilih “New > Boolean”. Ketik “content.interrupt.parsing”, klik “ok”, atur nilainya menjadi “False” dan klik “ok”.

5. Blokir Flash

Animasi flash yang mengganggu terdapat di mana-mana, muncul menimpa isi halaman situs yang ingin Anda baca atau lihat dan memperlambat browsing. Untungnya ada solusi yang sangat mudah. Instalasikan ekstensi “Flashblock” (flashblock.mozdev.org) dan ia akan memblokir semua pernak-pernik Flash ketika loading agar situs ditampilkan lebih cepat. Jika Anda menemukan tampilan Flash ingin Anda lihat cukup klik pada tempatnya untuk mengunduh dan melihat tampilannya dengan normal.

6. Tingkatkan Ukuran Cache

Ketika berselancar Firefox akan menyimpan gambar dan skrip pada memory cache lokal di mana Anda bisa mempercepat pengambilan data jika mengunjungi situs yang sama kembali. Jika Anda memiliki RAM yang besar (2GB atau lebih), biarkan Firefox berjalan lebih lama sehingga mengunjungi kembali halaman-halaman situs akan lebih cepat, terutama dengan cache yang besar.
Ketik “about:config” dan tekan [ENTER], kemudian klik kanan dan pilih “New > Integer”. Ketik “browser.cache.memory.capacity”, klik “ok”, masukkan “65536″ dan klik “ok”, kemudian “restart” browser untuk mendapatkan cache yang baru dan lebih besar.

7. Aktifkan TraceMonkey

TraceMonkey adalah engine Javascript baru dari Mozilla yang super cepat, dalam beberapa benchmark bahkan mencetak nilai 40x lebih besar dibandingkan versi saat ini. Tracemonkey mungkin saat ini memang dalam tahap pengembangan dan masih sedikit buggy, tetapi jika Anda berkeberatan menggunakan perangkat lunak dalam tahap pengembangan, dapatkan nightly build terbaru dari (ftp://ftp.mozilla.org/pub/firefox/nightly/latest-trunk/). Versi beta pertama Firefox 3.1 juga dijadwalkan untuk dikeluarkan bulan ini juga.
Ketik “about:config” pada kotak alamat dan tekan [ENTER]. Ketik “JIT” pada kotak filter, lalu klik ganda “javascript.options.jit.chrome” dan “javascript.options.jit.content” untuk mengubah nilainya menjadi “true”. Selamat!, kini Anda telah menggunakan engine Javascript mutakhir Firefox.

8. Kompres Data

Jika Anda memiliki koneksi internet lambat, mungkin Anda merasa bahwa Firefox tidak berkinerja baik. TItu tidak sepenuhnya benar! Instalasikan toonel.net dan aplikasi Java ini akan mengambil alih trafik internet Anda melalui server-nya sendiri. Semua data yang melalui server Toonel lalu dikompres sehingga data yang perlu diunduh browser lebih sedikit.
Bahkan, Toonel juga bisa mengompres gamar JPEG, tetapi tentunya berdampak pada penurunan kualitas gambar. Tips ini berguna untuk memangkas jumlah data yang dikirimkan, bermanfaat jika memiliki akun internet yang terbatas per bulan atau saat menggunakan koneksi internet yang lambat seperti GPRS.

EPIDEMIOLOGI ISPA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Epidemiologi adalah suatu rangkaian proses yang terus menerus dan sistematik dalam pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi serta disiminasi informasi untuk aksi atau perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program kesehatan masyarakat berdasarkan eridens base.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila dapat dukungan oleh sistem yang handal karena fungsi utamanya adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terdapat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang menjadi prioritas pembangunan.
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, di mana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat yang paling rawan terutama pada ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak di bawah lima tahun.
Salah satu penyakit yang di derita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), yaitu meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan akut saluran pernafasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak di derita oleh anak; baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu banyak diantara mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa, sebagai
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya chromic obstructive pulmonary disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas mencapai 40 – 60 % adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit kurang gizi..
Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 – 20 % dan populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10% pertahun, berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan beerupaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

1.2 Permasalahan
Penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) masih mendominasi pola penyakit utama rawat jalan di puskes Kedaton pada tahun 2006 s/d 2007

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA TELUK KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat dibicarakan baik di Indonesia maupun kota kota di dunia karena hampir semua kota menghadapi masalah persampahan. Meningkatnya pembangunan kota, pertambahan penduduk, tingkat aktivitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat, diiringi dengan meningkatnya jumlah timbulan sampah dari hari ke hari serta sarana dan prasarana pemerintah yang terbatas akan menambah permasalahan sampah yang semakin kompleks.
Permasalahan sampah di Indonesia tidak hanya berakibat buruk pada lingkungan tapi sudah merenggut korban jiwa. Peristiwa longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang menewaskan 143 orang pada bulan Februari 2005 terulang kembali pada bulan September 2006 di TPA Bantargebang yang mengakibatkan tiga orang meninggal. Fakta empirik menunjukkan, jumlah penduduk yang terus meningkat akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan hal ini akan mengakibatkan semakin bertambahnya timbulan sampah. Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan saat ini, tidak lebih dari sekadar kumpul angkut buang. Artinya, sampah dari satu tempat dikumpulkan, diangkut lalu dibuang ke tempat lain.
Produksi sampah berhubungan linier dengan produktivitas dan aktivitas manusia. Dengan demikian, peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan aktivitasnya. Penanganan yang dilakukan terhadap sampah yang ada, lazimnya adalah dengan penumpukan, pengumpulan, dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Permasalahan yang sering timbul antara lain adalah semakin terbatasnya lokasi tempat pembuangan akhir sampah tersebut (Bahar, 1986).
Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya jika tidak,dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang kompleks dan serius, antara lain: 1) pencemaran air oleh “lindi” (leachate) yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju badan perairan ataupun meresap ke dalam tanah; 2) pencemaran udara karena adanya gas metana (CH4), salah satu jenis gas rumah kaca, yang keluar dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik secara anaerobik; 3) sampah merupakan habitat bagi berkembangnya bakteri patogen tertentu seperti Salmonella typhosa, Entamoeba coli, Escherichia coli, Vibrio cholera, Shigella dysentriae,Entamoeba histolytica, dan lain-lain yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia; 4) menurunkan nilai estetika lingkungan; dan 5) mengurangi kenyamanan lingkungan.
Masalah pelayanan sampah di perkotaan tersebut akhir-akhir ini menjadi masalah yang cukup serius dirasakan mengingat volumenya yang kian hari kian membengkak atau bertambah sementara kemampuan aparat pemerintah dalam melayani sangat terbatas. Hal ini berkaitan dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu beserta aktivitasnya menyebabkan meningkatnya sampah bukan hanya dalam jumlah sampah tetapi juga dari variasi komposisi sampah. Disamping itu, diperkuat juga dengan kecenderungan masyarakat modern untuk menghasilkan berbagai macam sampah khususnya perilaku hidup masyarakat kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya dan kota-kota lainnya.
Program kebersihan kota dan penanggulangan sampah pada umumnya sudah dilaksanakan oleh hampir semua pemerintah daerah kota/kabupaten di seluruh nusantara, termasuk Kota Teluk Kuantan. Kota Teluk Kuantan sebagai sentra pembangunan, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan budaya, merupakan tempat berdomisilinya puluhan ribu penduduk. Fenomena ini memberikan implikasi kepada segala bidang kehidupan perkotaan dan salah satu diantaranya adalah implikasi terhadap peningkatan terhadap produksi sampah.
Tingkat kompleksitas masalah penanganan sampah ini, tidak terlepas dari implikasi masalah-masalah sebagai berikut : (1). Pesatnya pertumbuhan kota, (2). Pesatnya / cepatnya pertambahan penduduk di kota, akibatnya makin banyak pula sampah yang dihasilkan, (3). Tuntutan penyediaaan fasilitas publik perkotaan, (4). Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang baik termasuk dalam pengelolaan sampah, (5). Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, rendahnya partisipasi dalam membayar retribusi layanan kebersihan.
Masalah sampah Kota Teluk Kuantan selama ini dikelola oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan kebersihan kota, pasar, jalan, dan lingkungan. Namun terdapat beberapa kendala seperti terbatasnya, dana, SDM, serta sarana dan prasarana yang dipunyai oleh pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi sehingga beberapa wilayah atau kawasan kota Teluk Kuantan masih tampak sampah berceceran tidak terangkut yang apabila dibiarkan akan menimbulkan berbagai dampak negatif baik dari segi ekologi, estetika, dan pada akhirnya berpengaruh pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian apabila sampah perkotaan tidak di kelola dengan baik, selain akan menimbulkan masalah lingkungan, ekonomi, kesehatan, juga menimbulkan masalah terhadap keindahan kota. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tetarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengelolaan Sampah di Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi umum permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia dan kondisi yang berlangsung di Kota Teluk Kuantan selain menyangkut aspek teknis operasional juga menyangkut tentang belum tepatnya teknologi pengolahan sampah di TPA. Terdapat juga masalah aspek pembiayaan yang belum ekonomis antara pendanaan dengan biaya operasionalnya dan kelembagaan pengelola persampahan, untuk itu rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Teluk Kuantan?
2. Bagaimana pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan pertamanan Kota Teluk Kuantan?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Teluk Kuantan,
2. Untuk menganalisis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan (DPKP) Kota Teluk Kuantan,
3. Untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah di Kota Teluk Kuantan. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada masyarakat tentang upaya-upaya yang dapat mendukung terintegrasinya pembuangan sampah rumah tangga. Bagi para akademisi dapat dijadikan tinjauan kasus yang cukup menarik dalam menyumbangkan wacana keilmuan dengan konstruksi ilmiah dalam pengelolaan sampah.

TINGKAT BAHAYA EROSI DI LAHAN PERKEBUNAN SAWIT SUB DAS GANGSAL

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Secara fisiografi, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas topografi dimana air hujan yang jatuh di wilayah tersebut mengalir ke sungai-sungai kecil menuju sungai besar, hingga sungai utama yang kemudian mengalir ke danau atau laut.
Sub DAS Gansal mempunyai luas 2.330,69 Km2 atau 233.069 Ha. Sub DAS Gansal merupakan daerah aliran yang bermuara ke Sungai Reteh. Secara administrasi Sub DAS Gansal terletak di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Wilayah administratif, letak geografis, dan luas masing-masing daerah aliran disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Wilayah Administratif, Letak Geografis, dan Luas Sub DAS Gansal
Sub DAS Kecamatan Letak geografis Luas Sub DAS (Ha)
Gansal Kab. Indragiri Hulu:
Kec. Siberida
Kab. Indragiri Hilir:
Kec. Keritang dan Tempuling 0o35’-1o15’ LS dan 102o30’-102o90’ BT 233.069
Sumber : BP-DAS Indragiri Rokan, 2003.
Penutupan lahan adalah kondisi permukaan bumi yang menggambarkan kenampakan penutupan lahan dan vegetasi (Pasaribu, 2007). Berdasarkan interpretasi citra Landsat tanggal 15 Agustus 2002, pengamatan lapangan pada bulan Nopember 2003, dan data sekunder dari instansi terkait terdapat 19 jenis penggunaan lahan di sub DAS Gansal. Jenis dan luas penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penggunaan lahan di Sub DAS Gansal
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
1 Belukar 1 0,001
2 Hutan bekas tebangan 909 0,39
3 Hutan dataran rendah 96.968 41,60
4 Hutan dataran rendah campur belukar 11.305 4,85
5 Hutan rawa gambut 43.952 18,86
6 Kebun campuran 2.757 1,18
7 Kebun karet 61 0,03
8 Kebun karet campur belukar 2.462 1,06
9 Kebun karet campur semak 16.061 6,89
10 Kebun Sawit 6.667 2,86
11 Kebun sawit campur belukar 18 0,01
12 Kebun sawit campur kebun karet 5.180 2,22
13 Kebun sawit campur semak 8.691 3,73
14 Lahan terbuka 37 0,02
15 Lahan terbuka campur semak 17.550 7,53
16 Permukiman 887 0,38
17 Sawah 1.124 0,48
18 Semak campur alang-alang dan rumput 1.742 0,75
Sumber : BP-DAS Indragiri Rokan, 2003.
Penutupan lahan oleh perkebunan sawit di Sub DAS Gansal mencakup luasan yang cukup luas, yaitu sekitar 9,02 % dari luas Sub DAS. Sebagian besar perkebunan sawit tersebut terletak di bagian hulu DAS. Penggunaan lahan di bagian hulu DAS ini sangat penting untuk diperhatikan, karena penggunaan lahan yang salah dapat memicu terjadinya erosi yang dipercepat atau erosi yang melebihi batas-batas toleransi yang berdampak terhadap sedimentasi dan banjir di bagian hilir DAS.
Erosi merupakan proses pengikisan dan perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga air. Erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur dan mengakibatkan kerusakan lahan, sehingga jika proses ini berkelanjutan akan berdampak pada penurunan produktivitas lahan dan tentunya juga penurunan tingkat pendapatan bagi pengelolanya. Luas kelas erosi serta tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Gansal disajikan pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Luas Kelas Erosi Sub DAS Gansal
No Kelas Erosi Sub DAS Gansal Keterangan
Luas (Ha) %
1 I (< 15 Ton/Ha/Th) 85.664 36,75
2 II (15 - 60 Ton/Ha/Th) 67.231 28,85
3 III (60 - 180 Ton/Ha/Th) 38.054 16,33
4 IV (180 - 480 Ton/Ha/Th) 25.548 10,96
5 V (> 480 Ton/Ha/Th) 16.022 6,87
- 549 0,24 Tubuh Air
Jumlah 233.069 100,00
Sumber : BP-DAS Indragiri Rokan, 2003.
Tabel 4. Luas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sub DAS Gansal
No TBE Keterangan Sub DAS Gansal
Luas (Ha) %
1 SR Sangat Ringan 39.811 17,08
2 R Ringan 111.937 48,03
3 S Sedang 16.921 7,26
4 B Berat 29.511 12,66
5 SB Sangat Berat 34.340 14,73
6 - Tubuh Air 549 0,24
Jumlah 100.00
Sumber : BP-DAS Indragiri Rokan, 2003.
Pada perkebunan sawit, erosi yang terjadi berada pada kelas III (60 - 180 Ton/Ha/Th)dan IV (180 - 480 Ton/Ha/Th). Kelas erosi ini termasuk kategosi sedang dan berat. Bila keadaan ini terus dibiarkan tentunya akan mengancam kelestarian Sub DAS. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif untuk mengatasi erosi yang terjadi agar keadaan tidak menjadi lebih fatal.
Upaya untuk mengubah/memperbaiki penutupan lahan adalah dengan mengubah/memperbaiki pengelolaan tanaman dan teknik konservasi tanah yang diterapkan pada lahan yang mengalami erosi yang melebihi nilai TSL tersebut. Hal ini berdasarkan pada peranan tanaman untuk mengurangi erosi, yaitu dalam hal :
a. Batang, ranting, dan daun-daunannya berperan menghalangi tumbukan-tumbukan langsung butir-butir hujan kepada permukaan tanah, dengan peranannya itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah.
b. Daun-daun penutup tanah serta akar-akar yang tersebar pada lapisan wi tanah berperan mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off), sehingga daya kikis dan daya angkutan air pada permukaan tanah dapat direduksi, diperkecil atau diperlamban.
c. Daun-daunan serta ranting-ranting tanaman yang jatuh akan menutupi permukaan tanah yang dapat mengurangi kecepatan aliran permukaan serta melindungi permukaan tanah terhadap daya kikis air, disamping peranannya yang lain yaitu memperkaya bahan organik tanah yang pada kenyataannya dapat mempertinggi resistensi tanah terhadap aliran permukaan.
d. Akar-akar tanaman berperan dalam memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, tunjangannya dalam meningkatkan aktifitas biota tanah yang akan memperbaiki porositas, stabilitas agregat serta sifat kimia tanah.
e. Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi keperluan tumbuhnya tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan (evaporasi) melalui daun-daunnya ke udara, pengambilan atau pengisapan air oleh akar-akaran ini dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian sedikit atau banyak aliran permukaan dapat dikurangi.


Dan peran teknik konservasi tanah dalam menurunkan laju erosi adalah dalam hal :
1. Memperpendek panjang lereng dan mengurangi kemiringan lereng. Dengan demikian dapat mereduksi kekuatan aliran permukaan
2. Memperbesar laju infiltrasi air hujan sehingga dapat memperkecil jumlah dan kecepatan air larian
3. Mencegah terkonsentrasinya aliran air permukaan membentuk saluran-saluran air yang kondusif terhadap terbentuknya erosi parit
4. Mencegah erosi percikan akibat curah air hujan langsung atau melalui air lulusan (troughfull)
5. Meningkatkan kekasaran permukaan permukaan tanah untuk menurunkan kecepatan aliran permukaan
Menurut kartasapooetra et al,.(2000), metode vegetasi yang dapat dilakukan dalam teknik konservasi tanah dan air, antara lain : (1) Penanaman tumbuhan secara terus-menerus, (2) Penanaman dalam strip, (3) Pergiliran tanaman, (4) sistem pertanaman hutan (agroforestry), (5) pemanfaatan sisa tanaman.
Menurut Arsyad (2000) teknik konservasi tanah dapat dilakukan dengan metode mekanik, antara lain (1) Pengolahan tanah, (2) pengolahan menurut kontur, (3) guludan dan guludan bersaluran kontur, (4) Teras, (5) Dam penghambat, waduk, rorak, tanggul dan (6) perbaikan drainase.
Bertolak dari permasalahan yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk meneliti erosi yang terjadi pada perkebunan sawit di Sub DAS Gansal serta melakukan perencanaan ulang pemanfaatan lahan dan penentuan tindakan pengelolaan alternatif berdasarkan evaluasi kemampuan lahan dan pendugaan erosi
1.2. Perumusan Masalah
Penutupan lahan oleh perkebunan sawit di Sub DAS Gansal mencakup luasan yang cukup luas, yaitu sekitar 9,02 % dari luas Sub DAS. Sebagian besar perkebunan sawit tersebut terletak di bagian hulu DAS. Penggunaan lahan untuk perkebunan sawit di bagian hulu DAS ini sangat penting untuk diperhatikan, karena telah memicu terjadinya erosi yang melebihi batas-batas toleransi yang berdampak terhadap sedimentasi dan banjir di bagian hilir DAS.
Perkebunan sawit yang terdapat di Sub DAS Gansal telah memberikan kontribusi erosi pada kelas III (60 - 180 Ton/Ha/Th)dan IV (180 - 480 Ton/Ha/Th) pada tahun 2003 (BP-DAS Indragiri Rokan, 2003). Kelas erosi ini termasuk kategosi sedang dan berat. Bila keadaan ini terus dibiarkan tentunya akan mengancam baik kelestarian Sub DAS Gansal maupun dampak lain yang ditimbulkannya seperti pendangkalan dan banjir.
Diperlukan informasi yang up to date tentang tingkat erosi yang terjadi di lahan perkebunan sawit Sub DAS Gansal, mengingat perkebunan sawit banyak terdapat di bagian hulu dan terus bertambah luasannya, sehingga mempercepat proses pendangkalan yang menyebabkan terjadinya banjir pada daerah hilir DAS. Selain itu penyusunan strategi alternatif untuk mengatasi erosi dari perkebunan sawit yang terjadi sangat perlu untuk dilakukan, agar erosi yang disebabkan oleh lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal dapat teratasi.







1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui tingkat bahaya erosi yang terjadi serta menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan erosi di lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal.
2. Menentukan cara pengendalian erosi yang dapat menurunkan laju erosi di lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal.

1. 4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pendekatan dalam pengendalian erosi yang sesuai di lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal
2. Bagi penduduk setempat, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal
3. Bagi instansi terkait, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam usaha konservasi tanah, khususnya untuk lahan perkebunan sawit di Sub DAS Gansal.

PENYUSUNAN ALGORITMA PENDUGA KONSENTRASI CHL-a DARI CITRA KAMERA DIGITAL

I. PENDAHULUAN
Salah satu mikroorganisme yang menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar matahari (zona eufotik) dan merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan adalah fitoplankton (Komariah, 2002). Sifat khas dari fitoplankton adalah dapat berkembang secara berlipat ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi, melimpah dan terhampar luas (Nontji, 1984).
Fitoplankton sendiri merupakan jenis alga yang memiliki Chl-a (dibaca: Chl-a) yaitu merupakan pigmen fotosintesis utama yang terdapat pada semua kelas alga. Chl-a dalam tumbuhan menurut Manoppo (2003) dijelaskan terdapat dalam bentuk a,b,c,d, dan e. Chl-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi tumbuhan yang ada di perairan khususnya fitoplankton. Karenanya hasil pengukuran kandungan Chl-a sering digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton yang merupakan indikator produktivitas suatu perairan sehingga sangat berguna bagi kegiatan budidaya perairan.
Dalam kaitan untuk kegiatan pengukuran konsentrasi Chl-a di perairan selama ini dilakukan secara konvensional (secara langsung atau yang disebut in situ) dan metode non konvensional (secara tidak langsung menggunakan satelit penginderaan jauh). Penelitian konvensional tentang pola sebaran Chl-a secara detail sulit diamati dan menyita waktu dalam proses analisisnya. Selain itu penggunaan metode konvensional dalam mengukur Chl-a sangat tidak efesien dari segi waktu maupun biaya, penanganan dalam pengawetan sampel yang cukup merepotkan, terutama apabila lokasi pengambilan sampel jauh dari laboratorium atau tempat untuk menganalisis sampel Chl-a tersebut. Sering terjadi kesalahan dalam penanganan sampel sehingga data yang didapat tidak lagi representatif dengan keadaan sebenarnya. Kerepotan lainnya adalah dalam melakukan penyaringan sampel air yang membutuhkan waktu yang lama (bisa mencapai 2-3 jam/sampel) terutama untuk sampel yang mempunyai densitas Chl-a yang padat ditambah lagi dalam melaksanakan analisis konsentrasi Chl-a kita bergantung kepada alat-alat laboratorium yang tergantung kepada aliran listrik dan memerlukan pemahaman yang cukup dalam penggunaan alat-alat tersebut, sehingga para stakeholder biasanya menggunakan jasa para laboran dalam mendeteksi Chl-a, mengingat rumitnya analisa sampel Chl-a yang bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Penggunaan satelit penginderaan jauh menghasilkan data secara multi temporal (merekam data dalam waktu yang berbeda) dan multi spektral (merekam data pada panjang gelombang yang berbeda) disuatu perairan pada waktu yang sama, serta dapat mencakup luasan yang sangat luas. Akan tetapi penggunaan satelit penginderaan jauh ini sangat tergantung kepada cuaca dan luasan area yang akan diteliti. Selain itu harga data citranya cukup mahal.
Pentingnya data-data kualitas air terutama data Chl-a untuk memonitoring kualitas air suatu lingkungan perairan secara kontinu serta mengingat fasilitas laboratorium yang digunakan dalam menganalisa sampel Chl-a tidak selalu terdapat pada setiap daerah dan tidak semua stakeholder dapat menggunakan alat-alat laboratorium tersebut, sehingga sangat diperlukan sebuah alat yang dapat dijadikan alternatif dalam mengukur Chl-a suatu perairan. Alat yang dijadikan alternatif tersebut haruslah memenuhi kriteria praktis, efektif serta efesien dalam penggunaannya sehingga permasalahan yang timbul dari cara pengukuran konvensional dan teknologi penginderaan jauh dapat teratasi.
Seiring perkembangan teknologi lahirlah sebuah alat yang diberi nama Kamera Digital yang tujuan utama penciptaannya adalah untuk bidang fotografi. Kamera digital sendiri adalah modifikasi dari kamera konvensional, hanya saja pada kamera digital ini media penyimpanan hasil rekaman citra yang di foto tidak lagi menggunakan media film polaroid akan tetapi menggunakan media kartu digital yang sering disebut kartu memory (memory card). Hasil foto dari kamera digital ini sendiri berupa citra digital yang merekam informasi nilai spektral dari objek yang direkamnya.
Kamera digital sendiri memiliki sensor digital yang mempunyai panjang gelombang tertentu dalam memancarkan gelombang elektromagnetik dan merekam objek yang direkam dalam panjang gelombang tertentu pula. Dalam kaitannya dengan objek yang ditangkap ternyata data citra dari kamera digital sendiri mempunyai nilai spektral (untuk melihat nilai spektralnya harus menggunakan software komputer tertentu dalam penelitian ini adalah software Adobe Photoshop 7.0). Dengan demikian proses perekaman citra yang dilakukan oleh kamera digital sama dengan proses perekaman citra dari satelit penginderaan jauh. Hanya saja satelit penginderaan jauh mempunyai panjang gelombang yang lebih banyak dan mempunyai spesifikasi khusus untuk memantau objek tertentu sedangkan panjang gelombang kamera hanya terdiri dari tiga saluran yaitu pada panjang gelombang Merah (R), Hijau (G) dan Biru (B).
Dari panjang gelombang kamera digital (R,G,B) yang dibandingkan dengan panjang gelombang satelit penginderaan jauh yang digunakan dalam mendeteksi Chl-a perairan didapatkan panjang gelombang dengan range yang hampir sama. Untuk itu penulis ingin mencoba membuat suatu riset dengan menghubungkan citra kamera digital dengan nilai Chl-a melalui pendekatan model statistik yang diharapkan nantinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengukur konsentrasi Chl-a. Kamera digital sendiri selain bersifat praktis juga mempunyai harga yang terjangkau serta dapat digunakan secara kontinu meskipun tidak dapat mencakup area yang luas akan tetapi dapat mempercepat proses pendekteksian konsentrasi Chl-a pada perairan. Dalam hal ini kamera digital yang akan digunakan adalah kamera digital Cannon Power Shot A60 2.0 Megapixsels dengan mengasumsikan kamera tersebut mempunyai panjang gelombang saluran R, G, B, mempunyai kisaran panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang band 1, 2, dan 3, pada citra Landsat 7 ETM+. Panjang gelombang masing-masing saluran band 1, 2, dan 3 adalah 400-500 nm, 500-600 nm, dan 600-700 nm yang merupakan kisaran panjang gelombang yang peka terhadap warna Chl-a.
Hal tersebut juga berdasarkan kepada metode pendugaan Chl-a dengan menggunakan satelit penginderaan jauh di perairan yang tidak diukur secara langsung oleh sensor satelit penginderaan jauh, akan tetapi nilai konsentrasinya didapat dari algoritma yang telah dikembangkan oleh beberapa ilmuan tentang hubungan reflektansi spektral dengan konsentrasi Chl-a pada perairan. Sama halnya dengan kamera digital untuk menentukan konsentrasi Chl-a tidaklah secara langsung dapat diukur, melainkan akan dilakukan pendekatan statistik melalui regresi maupun korelasi reflektansi spektral dengan konsentrasi Chl-a untuk mendapatkan algoritma penduga sebaran Chl-a dengan menggunakan kamera digital.
Penelitian untuk memanfaatkan kamera digital ini juga pernah dilakukan untuk perairan Teluk Jakarta dan berhasil mendapatkan algoritma Chl-a untuk perairan laut dengan selang kepercayaan 95% dan 99% (Nur, 2005). Akan tetapi algoritma ini hanya berlaku dan dapat digunakan pada saat penelitian itu saja atau asumsi pada musim yang sama. Hal ini disebabkan karena pengambilan citra kamera digital yang dilakukan pada penelitian tersebut dilakukan langsung, sehingga terjadi bias jarak pemotretan, intensitas cahaya matahari serta riak air. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini akan mencoba untuk menemukan algoritma Chl-a untuk perairan tawar dalam skala kolam yang relatif tenang dengan jarak pengambilan citra yang ditentukan.

1.2. Perumusan Masalah
Pendeteksian konsentrasi Chl-a yang dilakukan selama ini masih menggunakan cara konvensional yang sangat memerlukan ketelitian dan keahlian yang memadai, biaya yang cukup tinggi, peralatan laboratorium untuk analisa serta harus dilakukan secara in situ (dianalisis langsung setelah pengambilan sampel) mengingat sampel Chl-a sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Adanya teknologi penginderaan jauh dalam mendeteksi kualitas perairan (Ocean Colour) juga belum dapat membantu untuk mendapatkan data Chl-a secara real time, selain disebabkan oleh pengaruh cuaca dan gangguan atmosferik lainnya, juga disebabkan karena resolusi piksel dari citra satelit yang cukup besar sehingga tidak dapat digunakan dalam mendeteksi Chl-a kolam, waduk ataupun genangan perairan lainnya yang mempunyai ukuran luas yang kecil, ditambah lagi harga citra satelit yang cukup mahal.
Seiring perkembangan teknologi terciptalah kamera digital yang pada dasarnya diciptakan untuk bidang fotografi. Dimana pada kamera digital ternyata memiliki spesifikasi panjang gelombang (band R, G, dan B) yang diasumsikan sensitif terhadap Chl-a. Untuk itu perlu diteliti sejauh mana kepekaan sensor kamera terhadap Chl-a serta perlu diketahui pada panjang gelombang mana (band R, G dan B) yang paling sensitif untuk mendeteksi konsentrasi Chl-a perairan sehingga dapat disusun algoritma konsentrasi Chl-a dengan menggunakan citra kamera digital yang pada akhirnya dapat dijadikan alat alternatif dalam mengukur konsentrasi Chl-a perairan.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaataan sensor kamera digital dalam mendeteksi konsentrasi Chl-a perairan (terutama kolam) dan menyusun algoritma penduga konsentrasi Chl-a perairan dengan menggunakan kamera digital.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah didapatkannya model statistik yang berupa algoritma penduga konsentrasi Chl-a perairan dengan menggunakan kamera digital. Produk akhir dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model alternatif dalam mendeteksi konsentrasi Chl-a perairan dengan cara pengambilan citra kamera digital, kemudian dilakukan konversi (band R, G, dan B) citra kamera dengan pendekatan komputerisasi sederhana dan diinputkan ke dalam algoritma yang didapat dari penelitian ini sehingga dapat diketahui konsentrasi Chl-a perairan. Dengan keunggulan praktis, dapat menghemat waktu dan biaya, kemudahan dalam melakukan pengulangan (data real time) serta tidak memerlukan keahlian khusus dalam penggunaannya, algoritma kamera digital ini dapat dipakai oleh seluruh stakeholder yang memerlukan data kualitas air ditinjau dari konsentrasi Chl-a secara efektif dan efesien.

Studi Kualitas Air Tanah di Sekitar Penimbunan Limbah Padat Industri Pulp dan Paper di Kabupaten Pelalawan

ABSTRAK

Pengelolaan limbah padat PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) telah dilakukan sejak tahun 1995 yang dilakukan secara open dumping. Remediasi dari tempat penimbunan ini (dumping site) telah dilakukan sesuai dengan izin yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup No.B-566/Dep/IV-1 LH/02/2003.

Untuk mengetahui dampak dari tempat penimbunan limbah padat ini terhadap kualitas air tanah di sekitarnya maka telah dilakukan penelitian kualitas air pada sekitar pabrik PT. RAPP di Kecamatan Pelalawan. Pengujian dilakukan terhadap empat sumur pantau dan tiga sumur penduduk. Dari studi ini diketahui bahwa parameter fisika dan kimia air tanah di sekitar pabrik masih di bawah baku mutu air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, kecuali parameter pH, besi dan total koliform. Namun tingginya nilai parameter ini tidak terkait langsung dari hasil penimbunan limbah PT. RAPP. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terjadi dampak penimbunan limbah padat PT RAPP terhadap kualitas air di sekitarnya.

Kata Kunci: Kualitas air tanah, industri pulp dan paper, limbah padat


ABSTRACT

Solid waste management of PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) has been performed since 1995 by open dumping technique. Remediation of this dumping site has been started based on the authorization letter released by Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment) No. B-566/Dep/IV LH/02/2003.

A study was conducted to determine the impact of the dumping site of PT. RAPP on the surrounding area. Four monitoring wells and three local community’s wells was subjected to the study. The result showed that the quality of physical and chemical parameters of the ground water were still below the clean water standard quality based on the Ministry of Health Regulation No. 416/MENKES/PER/IX/1990, except for pH, iron and total coliform parameters. However, it was not proved that this was related to the dumping site. Therefore it can be concluded that there is no negative impact the dumping site of PT. RAPP to the water quality of it surrounding area.

Keywords: ground water quality, pulp and paper industry, solid waste.

Pengendalian Erosi Pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Sub Das Tapung Kiri

ABSTRAK


Penelitian tentang laju erosi pada tiap tipe lahan perkebunan sawit telah dilakukan pada bulan Desember 2008-Februari 2009 dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan rumus A = RxKxLSxC.P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas perkebunan sawit pada tipe perkebunan sawit muda (15,41%), sawit tua (0,11%), dan sawit bercampur semak/belukar (8,71%) yang berdampak pada meningkatnya laju erosi aktual yang terjadi pada tiap tipe lahan perkebunan sawit. Laju erosi tertinggi terjadi pada tipe perkebunan sawit dengan vegetasi sawit muda yaitu 32.130 ton/ha/thn (36,513%), sedangkan tipe perkebunan sawit bercampur semak/belukar merupakan tipe yang memiliki laju erosi terendah yaitu 5.671 ton/ha/thn (6,445%). Erosi aktual pada tiap tipe perkebunan sawit dominan terjadi pada tipe perkebunan sawit dengan kelerengan landai dan curam, permeabilitas tanah cepat, dengan nilai erosivitas hujan 1641 dan intensitas hujan 15,9. Laju erosi yang dapat ditolerir (TSL) pada semua tipe perkebunan sawit berada pada kisaran 19,2-30,0 ton/ha/thn dimana tipe perkebunan sawit muda memiliki nilai TSL yang paling tinggi yaitu 24-30 ton/ha/thn, tipe perkebunan sawit tua 14,0-30,0 ton/ha/thn, sawit campur semak TSL 19,2-24,0 ton/ha/thn dan sawit campur karet dengan nilai TSL 24,0 ton/ha/thn. Laju erosi pada tiap tipe perkebunan sawit memerlukan teknik konservasi dengan pendekatan vegetasi dan teknik sipil. Teknik vegetasi dilakukan dengan menerapkan kegiatan penanaman tanaman sela dengan kerapatan tinggi seperti kacang-kacangan dan semak/belukar serta dengan sistem agroforestry. Teknik konservasi dengan pendekatan teknik sipil dilakukan dengan membuat teras bangku yang baik dan dam penahan.

Kata Kunci : Laju Erosi, Tipe Perkebunan Sawit, TSL, Teknik Konservasi.

Research on the erosion rate on each type of oil palm plantations have been carried out in December 2008-February 2009 using USLE (Universal Soil Loss Equation) with the formula A = RxKxLSxC.P. Results of research shows that it was increasing broad palm plantation on the type of young oil palm plantation (15.41%), old palm (0.11%), palm and mixed scrub / shrub (8.71%) the impact on the actual increase in the rate of erosion occurred in each type of oil palm plantations. The highest erosion rate occurred on the type of oil palm plantation with oil palm young vegetation is 32,130 tons / ha / yr (36.513%), while the type of oil palm plantation mixed scrub / shrub is a type that has the lowest erosion rate is 5671 tons / ha / yr (6.445%) . Actual erosion in each type of oil palm plantations occur on the dominant type of oil palm plantation with hillside land and steep, rapid permeability soil, with the erosivity value and rain intensity in 1641 and 15.9 rain. Erosion rate that can be tolerated (TSL) on all types of oil palm plantations are in the range 19,2-30,0 tons / ha / yr where the type of young oil palm plantation TSL has a value that is the most high 24-30 tons / ha / yr, the type old oil palm plantation 14,0-30,0 tons / ha / yr, oil palm bush intervention TSL 19,2-24,0 tons / ha / yr oil palm and rubber mixed with a value of TSL 24.0 tons / ha / yr. Erosion rate on each type of oil palm plantations require conservation techniques with the approach of civil engineering and vegetation. Vegetation techniques do apply to the activities of the plant interspaces with high density such as nuts and scrub / shrub and agro forestry systems. Conservation techniques with the approach of civil engineering is done by creating a terrace of the good and the captor dam.

Keywords: Erosion rate, Type of oil palm plantation, TSL, Conservation techniques

Jika anda membutuhkan literatur, tesis, makalah dan jasa/bantuan konsultasi yang berkaitan dengan skripsi, tesis maupun disertasi yang berkaitan dengan ilmu lingkungan, perikanan, kesehatan lingkungan, hukum lingkungan, modeling lingkungan, remote sensing dan GIS. Dapat berkonsultasi lewat blog ini atau dapat langsung menghubungi nomor HP. 085278381332. EL_SYAIF.CO Juga menyediakan pembuatan dan setting untuk model suvenir, plakat, baju kerja, baju olah raga, almamater, jaket , bordiran dll. grosir maupun eceran dengan harga terjangkau.

Translater

Clock

Jumlah Pengunjung

El_Syaif.co Community

El_Syaif.co Community
untuk bumi yang lebih baik

Mengenai Saya

Pekanbaru, Riau, Indonesia
EL_SYAIF.CO Sebagai Komunitas Kreatif dari Alumni-Alumni S2 Bidang Perikanan, Ilmu Lingkungan, Kesehatan Lingkungan, Hukum Lingkungan, Model Lingkungan, Remote Sensing dan GIS Sebagai Wadah Konsultasi dan Bimbingan Research bagi seluruh stakeholder yang membutuhkan

Members

Tinggalkan Pesan Anda Disini

El_syaif Blog Community

Apakah anda setuju bahwa saat ini suhu bumi semakin panas?

Cari Blog Ini